TRANSFLORES Day 1: Larantuka – Maumere

Sebenarnya kami ingin merangkum perjalanan keliling NTT selama hampir sebulan ini menjadi sebuah itinerary lengkap, tetapi di Sumba kami bukanlah backpacker, berasa seperti di kampung sendiri karena punya tempat tinggal gratis, dipinjamkan sepeda motor, banyak teman yang sudah seperti keluarga sendiri, jadi pengeluarannya tidak bisa diukur dan rute perjalanannya bisa semau kami tanpa ada keterbatasan waktu.

Taman Doa Mater Dolorosa

Taman Doa Mater Dolorosa, Larantuka, Flores Timur.

Berhubung yang terkenal itu adalah transflores, saya memulai itinerarynya dari sini saja. Semua biaya di perjalanan ini dalam kurun waktu September 2013 (harga sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan). Emangnya tiket pesawat? 😀

Senin pagi, pukul 5.00 WITA, kami dibangunkan dering telpon dari resepsionis, mobil hotel sudah siap mengantar kami ke bandara. Akibat terlalu capek seharian kemaren keliling Kupang pakai motor, alarm hape yang diset nggak terdengar sama sekali. Kami langsung bersiap-siap, mandi kilat biar gak telat. Flightnya pkl 6.15. Bandara El Tari biasanya selalu sibuk kalo Senin pagi.

Transflores

Transflores dari timur ke barat :
(A) Larantuka (B) Maumere (C) Moni/Kelimutu (D) Ende (E) Mbay (F) Riung (G) Bajawa (H) Ruteng (I) Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo

Benar saja. Sesampainya di bandara, antrian check-in udah panjang banget. Satu2nya maskapai ke Larantuka yaitu Transnusa. Untungnya maskapai ini gak pake ngaret. On time, kami terbang ke Larantuka. Sebenarnya Kupang – Larantuka tidak terlalu jauh, hanya 45 mnt penerbangan. Klo mau lebih irit, bisa menggunakan kapal feri, memakan waktu kira2 8-10 jam.

Kota Larantuka berada persis di ujung timur pulau FLores. Menjelang landing di bandara Gewayantana, terlihat pulau Solor dan pulau Adonara, dikelilingi laut biru bersih. Seandainya punya banyak waktu, kami ingin memulai dari Alor. Maybe next time. Runway bandara terlihat kecil, terpisah dari kota. Pesawat mendarat mulus (untuk gak mendarat sebelah roda kayak merpati di Kupang kemaren, bikin trauma). Bandara ini baru dibangun, bangunannya jauh lebih kecil daripada bandara di Tambolaka atau Waingapu, tapi tertata baik dan bersih. Ruangan kedatangannya sangat kecil, ukurannya kira2 4×3 meter. Barang-barang diantar petugas secara manual ke dalam ruangan (tenang, gak dilempar kok), penumpang ngambil sendiri bagasinya. Setelah mengambil tas, kami langsung keluar. Tukang ojek sudah berkerumun berebut penumpang. Angkotnya ada, tapi jarang, jadi kami langsung aja naik ojek.

Kira2 10 menit, kami sudah tiba di pusat kota, kami minta diturunkan di depan kantor DPRD. Dari sini kemana2 dekat. Kota Laratuka cuma berada di sepanjang jalan utama lintas flores di pesisir pantai. Kami tidak berencana menginap disini, cuma pengen jalan2 di kotanya. Kami langsung cari sarapan di dekat taman kota yang berada di pinggir laut. Sayang, taman kotanya nggak banyak pohon kayak di Waingapu.

Larantuka terkenal dengan wisata religinya, sebagai sentral katolik di NTT. Tempat pertama yang kami tuju adalah Gereja Katedral Reinha Rosari. Katedral ini besar dan sangat terkenal. Kami berfoto2 sebentar disini. Kemudian lanjut jalan kaki ke Taman Doa Mater Dolorosa (Bunda Maria Berduka). Sesuai namanya, di taman ini terdapat patung Bunda Maria sedang meratap memangku Yesus. Di taman ini berjejer 12 bangunan kecil yang mengisahkan penyaliban Yesus. Semuanya serba putih.

Kami beristirahat sebentar di ujung taman. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WITA. Kami bersiap2 menuju Maumere. Tidak usah khawatir tentang transportasi ke Maumere. Sangat banyak. Ada travel (ilegal tapi setengah resmi) dan bus. Tadi sempat nanya, busnya berangkat sekitar pukul 11.00, dengan omgkos 40rb per orang. Tiba2 sebuah travel menghampiri kami. Ongkos travel biasanya 70rb per orang, tapi travel ini masih kosong, dan terjadilah nego harga. Sopirnya minta 250rb, tentu saja kami menolak. Setelah tawar-menawar, akhirnya kami cuma bayar 150rb, cuma kami penumpangnya sampai ke Maumere.

Perjalanan Larantuka-Maumere memakan waktu dua setengah jam menggunakan travel. Pemandangan di sepanjang perjalanan sangat indah, tapi saya tidak kuat melawan mual karena jalannya berliku2. Saya memilih tidur, Bang Ardin tetap bangun sibuk lihat kiri kanan. Flores lebih hijau, sangat berbeda dengan Sumba dan Timor.

Suasana berbeda terasa ketika mulai memasuki kota Maumere. Kotanya besar dan ramai, katanya kota ini terbesar kedua di NTT setelah Kupang. Jalan raya besar cukup banyak dan lumayan rapi, hanya saja banyak jalan one way. Kami minta diantar ke Hotel Benggoan yang terletak di pasar. Hotel ini cukup murah dan nyaman. Saya masih pusing, kami beristirahat dulu sambil ngadem di kamar. Walaupun murah ada ACnya loh 😀

Belum jam 2 siang, artinya kami punya cukup waktu untuk berkeliling. Segera kami ke depan cari motor sewa. Nggak susah kok nyarinya. Tinggal bilang ke pihak hotel. Nggak lama kemudian kami udah dapat motor. Setelah makan siang di sebuah warung di dekat hotel, kami berangkat menuju sebuah tempat yang bernama Tanjung. Tempat ini berada di pesisir utara kabupaten Sikka, udah dekat ke perbatasan dengan kabupaten Ende. Jaraknya sekitar 40 menit naik sepeda motor dari kota Maumere. Pemandangan disepanjang jalan dijamin memuaskan. Ada hamparan sawah yang subur, ada bukit sabana juga.

Sampailah kami di Tanjung. Tujuan kami yaitu sebuah bukit kecil di pinggir jalan raya. Ada anak tangga dari tepi jalan raya sampai ke puncak bukit yang ada patung Yesusnya. Tetapi.. Tetapi… Bukitnya dibakar :(… Ternyata sama kayak di Sumba, bukit yang rumputnya udah kering dibakar supaya tumbuh rumput hijau. Sedihnya.. Padahal pemandangan dari atas sana bagus banget. Hamparan padang rumput menguning dengan latar belakang laut biru. Harusnya sih gitu, tapi ini yang ada malah hitam semua. Akhirnya gak jadi naik ke patung itu. Untungnya, di seberang jalan, ada daratan menjorok ke laut (namanya juga tanjung) yang belum dibakar. Ada sebuah tugu disana. Bagus juga kok, walaupun gak ada patungnya. Dan narsis2an pun dimulai.

DSC_0782

Narsis di tanjung…

Udah hampir pukul 5 sore, kami segera kembali ke hotel, masih sempat mapir2 buat jepret2. Setelah mandi, kami jalan2 sebentar di sekitar hotel, makan malam, lalu istirahat. Harus hemat tenaga kalo lagi transflores, soalnya tiap hari pindah kota. Hehee

Berikut pengeluaran hari 1 transflores (makan gak usah dimasukin yaa):
Sewa mobil hotel Maya ke Bandara El Tari: Rp. 70.000
Tiket Transnusa KOE-LKA 2x 610rb : Rp. 1.220.000
Airport Tax 2x 20rb : Rp. 40.000
Ojek di Larantuka 2x 15rb : Rp. 30.000
Travel ke Maumere : Rp. 150.000
Hotel Benggoan : Rp. 110.000
Sewa motor 1/2 hari : Rp. 50.000
TOTAL : Rp. 1.670.000

22 thoughts on “TRANSFLORES Day 1: Larantuka – Maumere

  1. Kerreeennn foto-fotonya… Bentuk gereja di sana lumayan nyentrik juga ya, Katedral Reinha Rosari sampai kusangka miniatur Disneyland hehe. Ditunggu lanjutannya bang 🙂

  2. mas bisa dikirimin alamat hotel beggoan sama no telp nya gak? saya ada trip ke maumere ini.. terimakasih infonya ya mas.

    salam ransel .

  3. Mas, nanya dong. Saya rencana dari pela uhan pelni latantuka mau ke maumere dengan bis. Dimana bisa dpt bisnya ya?
    Makasih

  4. makasih banyak info perjalananya. 6 sd 12 april 2018 ini saya mau ke larantuka…lalu 13 n 14 mau jalan ke barat…moga-moga bisa sampai labuan bajo,,,,salam nusa bunga….flores,,,

Leave a reply to V Herry Cancel reply