Natal Imeko dan cerita dibaliknya

Pernahkah anda melihat acara malam natal  yang sebagian besar dihadiri umat muslim? Melihat ketua MUI ikut menyalakan lilin natal? Saya pernah melihat dan bahkan menghadirinya. Dikampung Tarof, tempat dimana saya ditugaskan inilah acara tersebut diadakan. Nama acara tersebut adalah Natal IMEKO yang merupakan acara natal bersama ke 4 distrik di pesisir Kabupaten Sorong Selatan, yaitu Distrik Inanwatan, Metamani, Kais dan Kokoda.

Persiapan menjelang Natal Imeko

Pagi itu kampung Tarof tiba tiba ramai dengan kedatangan orang orang dari kampung di Ditrik Kokoda, dan distrik  disekitranya. Karena di Tarof tidak ada gereja, acara akan dilaksanakan di lapangan didepan rumdinku. Mulai dari pagi mereka sudah sibuk mendirikan tenda-tenda dan memasang hiasan. Sementara para wanita sibuk memasak, para lelaki dengan gagah menggotong sebatang pohon (yang saya tidak tau pohon apa) untuk dipasang dan dijadikan sebagai pohon natal. Sementara sebagian remaja dan anak anak mengiringi sambil menari nari.

Menjelang malam tenda, panggung dan pernak pernik lain sudah terpasang. Bapak Bupati Sorsel pun sudah datang dan duduk ditmpat yang disediakan. Warga kampung dari berbagai pelosok mulai berkumpul ramai sekali. Awalnya saya cuma ingin melihatnya dari kejauhan saja, tapi akhirnya saya malah ikut duduk dibarisan depan. Hal itu karena ketua MUI Sorsel menyuruh saya untuk ikut berpartisipiasi,menurutnya masyarakat seluruh kampung harus ikut tak terkecuali saya.

Penduduk islam-Kristen berbaur merayakan Natal Imeko

Rasanya memang agak ganjil saja melihat ibu ibu berjilbab dan bapak bapak berkopiah ikut duduk bersama merayakan malam Natal. Tapi saya lihat dari wajah wajah mereka tidak ada rasa beban, mereka ikut bergembira dan menyatu dengan acara.  Bahkan sebagian ikut berpartisi pasi dalam acara baik sebagai penyanyi maupun ikut menyalakan lilin di pohon natal.

Menyalakan lilin

Inikah wujud kerukunan dan toleransi beragama itu?

Menurut keterangan dari warga setempat, Agama yang pertama kali masuk ke Pesisir Selatan Papua Barat adalah Agama Islam, baru kemudian disusul oleh agama Kristen. Awalnya mereka menganut system kepercayaan sampai akhirnya ajaran agama Islam masuk untuk pertama kali yang dibawa dari kesultanan Ternate. Pada saat itu hampir seluruh masyarakat pesisir selatan papua barat beragama islam. Konon katanya, karena mereka kesulitan membaca Alquran yang berbahasa arab, akhirnya mereka mengirimkan warganya untuk mencari ahli agama yang bisa membantu mereka membaca Alquran. Tapi ternyata yang dibawa malah penyebar agama Kristen yang membawa kitab Injil ke tengah-tengah masyarakat Pesisir selatan Papua Barat. Menurutnya Kitab injil yang dibawa ini adalah penyempurnaan dari Alquran. Karena ketidaktahuan mereka akhirnya sebagian mulai memeluk agama Kristen sementara yang lain tetap memeluk islam. Sejak itu, anak anak yang baru lahir akan dibagi – bagi, sebagian masuk islam sebagian masuk Kristen.

Dibalik cerita itu semua,dipesisir selatan Papua Barat ini Muslim-Kristen selama berabad-abad hidup berdampingan secara damai.  Dan memang selama saya disana, tidak pernah saya lihat pertentangan atau permusuhan karena masalah agama. Saya teringat saat Idul adha beberapa bulan sebelumnya, disaat itu seluruh masyarakat baik Muslim-Kristen sama sama bersuka cita menyambut hari besar Idul Adha. Mereka ikut berkorban Rusa, kunjung mengunjugi, bahkan wanita non muslimnya pun ikut menggunakan jilbab.

One thought on “Natal Imeko dan cerita dibaliknya

  1. Luar biasa!
    Kerukunan dan toleransi yang patut dijadikan contoh. Justru di tempat terpencil dan tak tersentuh modernisasi malah memberi contoh toleransi yang nyata.

Leave a comment