Berhubung udah di Lombok, kami gak mau ketinggalan dong buat jalan2 ke pulau “kampung bule”, Gili Trawangan. Untuk nyebrang ke Gili Trawangan kita ke Pelabuhan Bangsal dulu, sekitar 90 menit dari kota Mataram. Disini merupakan tempat penyebrangan reguler ke Gili Trawangan. Sampe di pelabuhan langsung celingak celinguk liat jadwal kapal. Dan ternyata, klo gak nginap gak memungkinkan buat sekalian ke Gili Air dan Gili Meno, karena kapal ke gili meno dan gili air cuma 1 apa 2x sehari. Ya sudahlah. Berangkatlah kami dengan kapal yang isinya penuh dengan orang dan sembako! Pasti ini buat warung2 makan disana.
Setengah jam kemudian kami sampai di Gili Trawangan. Wowww ramenya! Dan beneran, isinya 90% bule! Pantes dibilang kampung bule. Suasananya juga beda banget. Kami segera mencari sewa sepeda buat keliling pulau. Dapat 30rb buat setengah hari.
Pulau ini datar di bagian pinggir dan berbukit di tengah, jadi bisa banget dikelilingin. Udah dibikin jalan di sekeliling pulau, tapi masih jalan pasir, biar olahraga bersepedanya makin berat :)). Sebagian besar pantainya udah ada resort, otomatis pantai disana juga jadi private. Tapi yang masih free juga bagus2 kok pantainya.
Selesai keliling pulau kami kembali ke daerah kedatangan tadi buat makan siang. Beuh, cafe bule semua. Akhirnya nemu warung nasi campur di sebuah gang kecil. Harganya lumayan, 25rb sepiring kecil. Tadi pas keliling sempat liat papan penunjuk jalan untuk ke atas bukit, karena *lagi2* penasaran kami pun naik ke atas. Sayangnya langit di daratan utama mendung, jadi fotonya kurang bagus.
Menjelang sore kami balik ke pelabuhan bangsal, gak lupa dadah2 dulu sama Gili Meno dan Gili Air di perjalanan. Kapan2 deh kesini lagi. Di perjalanan pulang sempat mampir di beberapa tempat, salah satunya namanya villa hantu. Sebenarnya bukan villa, tapi ruko gak jadi dipake hahaa. Lumayanlah buat nambah foto 😀
Wah! Gili trawangan sounds like a nightmare!!! Suka gili air lbh baik dari pada gili T .. blogmu bagus 😁
Kenapa nightmare, Trees?
Terlalu banyak orang di pulau yg kecil dan fragile. Juga banyak bule hanya berfokus on partying tanpa kesadaran di kebudayaan lokal. Itu komplex iya?
Hehee iya betul Trees. Tapi msh ada rumah2 penduduk lokal di bagian tengah pulau. Kalau di pantai resort semua..
Pas ke Gili Trawangan pertama kali pernah berniat trekking sampai ke atas bukitnya, tapi di tengah jalan dihadang sama sapi-sapi yang kayaknya lagi galak, hampir aja diseruduk. Batal deh akhirnya. Pas yang kedua kali masih trauma, jadi gak sampai juga ke atas bukitnya 😀
Emang trekkingnya lwt mana mas? Klo yg kita ikutin jalan setapak sampai puncak, ga ada ternak 😀
Lewat jalan setapak dekat lapangan itu, escape route seandainya ada tsunami. Tapi itu jalur umum buat ke bukit juga katanya.
Waktu ke Gili Trawangan gak sempat naik ke Bukit itu, sempat liat sih.
Saya lebih suka nongkrong di salah satu cafe menikmati sunset, cafenya sepi dan menunya tidak terlalu mahal.
Kemaren gak bisa nunggu sunset disana 😦
Beberapa taon lalu kesini, penuh sesak plus panas banget, mati gaya dah
Selalu penuh sesak plus panas kayaknya hehee