Belakangan ini saya sering memperhatikan arsitektur bangunan terutama bangunan tradisional. Setiap kali bepergian, secara tidak sadar saya sering membandingkan arsitektur bangunan tradisonal dari satu daerah dengan daerah lain. Entah itu dari segi bentuk bangunan, bentuk atap, serta ornamen ornamennya. Gaya arsitektur tidak hanya berbeda dari satu pulau ke pulau tapi dari mencakup ruang lingkup yang lebih kecil lagi.
Satu pulau saja memiliki beragam gaya arsitektur yang berbeda. Contohnya pulau Sumatra. Pulau di sebelah barat Indonesia ini merupakan pulau terbesar no 6 di dunia. Bentuknya yang diagonal memanjang dari Aceh di Barat laut sampai Lampung di Ujung Tenggara membuat Sumatra memiliki ke anekaragam arsitektur yang kaya dari satu daerah ke daerah lain.
Ciri yang sering muncul dari bangunan tradisional Sumatra adalah : Rumah panggung berbahan dasar kayu lokal dengan atap yang “wah” dan dinding yang kaya dengan ukiran dan dekorasi. Contoh yang paling jelas adalah Rumah Gadang di Sumatra Barat. Rumah gadang punya atap dengan bentuk yang paling dramatis, berbentuk seperti tanduk kerbau yang runcing ke atas. Atap tersebut disebut juga atap Bagonjong. Dimensi Rumah Gadang berbentuk seperti kapal, kecil dibawah namun semakin ke atas semakin besar. Dindingnya dihiasi dengan ukiran dengan motif utama berupa sulur flora, motif hewan maupun motif benda benda yang dipakai sehari hari. Warna utama yang sering muncul adalah Merah, kuning kunyit dan hitam ; warna yang sama digunakan untuk bendera Minangkabau – dan juga jerman –
Di Sumatra Utara bahkan lebih beragam lagi. Setiap daerah/kabupaten memiliki arsitektur dan ornamen yang sangat berbeda. Bangunan tradisional Toba, Karo, Simalungun, dan Mandailing memiliki ciri khasnya masing masing. Secara umum rumah Adat Batak disebut rumah Bolon. Rumah Bolon berbentuk rumah panggung persegi panjang dengan atap segitiga meruncing kedepan. Didinding dan atap dipenuhi ukiran ukiran Khas Batak dengan warna Utama Merah, Putih, dan Hitam. Ukiran ini disebut dengan Gorga yang mengandung unsur mistis penolak bala. Ukiran yang sering muncul adalah ukiran cicak, dan 6 payudara. Yang unik, tangga rumah bolon berada ditengah dan agak pendek sehingga siapa saja yang akan masuk kerumah harus menunduk dahulu. Struktur itu memang sengaja dibuat demikian untuk mengingatkan bahwa sebagai tamu kita harus sopan, santun, dan hormat mendatangi pemilik rumah. Lain lagi dengan rumah Adat Karo, bentuknya sangat megah diberi tanduk. Atap rumah agak lancip dan dipenuhi ukiran. Semua ukiran memiliki makna sendiri-sendiri.
Di Sumatra bagian tengah dan Selatan di dominasi oleh rumah tradisional Khas Melayu ( Jambi, Riau, Palembang, Bengkulu, Pesisir timur Sumut) dengan beragam variasi yang berbeda beda. Bentuk atap biasanya segitiga dengan ornamen tonjolan di ujungnya yang bervariasi di setiap daerah. Contohnya rumah Kajang Lako (Jambi) memiliki ornamen atap menyilang (X).Di Riau, Ornamen menyilang itu disebut dengan selembayung yang hampir ada di setiap rumah adat dan kantor pemerintahan. Di Sumsel, Bentuk atap tidak segitiga tapi berbentuk seperti limas – seperti atap atap rumah di pulau Jawa – dengan ornamen ornamen berupa tanduk tanduk kecil di ujung ujung atap.
Dan…… masih banyak lagi yang tidak mungkin saya tuliskan satu persatu. Ini dia sebagian foto fotonya :

Indonesia kaya dengan budaya Bang. Setiap rumah adat memiliki ciri khas tersendiri. Keren Bang foto-fotonya…
terimakasih yasir…
Tulisan menarik bang 🙂
Saya juga suka mengamati arsitektir rumah adat tiap daerah yang dikunjungi. Oh iya kalo Lampung sepintas bentuk rumah adatnya mirip gambar rumah adat Aceh ( sempat lihat di Museum Lampung ), betul demikian mirip atau udah dimodifikasi ya? 😀
Sebenarnya beda banget, cuma sama2 rumah panggung hehe…. Rumah adat lampung lebih mirip rumah2 adat di sumsel… rumah adat asli lampung suku pepadun yang pernah saya liat ada di Way Kanan… disitu ada semacam kampung wisata.
wuihhhh keren…arsitektur masa lalu banyak yang dipertahankan….moga deh selalu dipelihara
Masih terpelihara kok terutama di pedesaan.. tapi kalau di kota biasanya cuma bangunan pemerintah aja yg masih mempertahankan ciri khas tradisionalnya..
Jitu banget pengamatannya,bang. Ini masih masalah rumah adat, belum masuk substansi lain seperti baju adat. Seperti baju adat Minangkabau di Payakumbuh yang ternyata beda dengan Pariaman ataupun Padang. Indonesia emang kaya banget kalau masalah budaya.
Budaya di negara ini memang kaya banget! Satu kabupaten, bahkan satu kecamatan aja bisa beda satu dengan yang lainnya…
Ciri khas bangunan sumatera memiliki kemiripan dengan rumah toraja dimana sisi ujungnya menjulang ke atas,
mungkin punya cerita masalalu yang belum saya ketahui.
Iya memang kebudayaan sumatra ( dalam hal ini adalah batak) dan toraja memiliki beberapa kesamaan mulai dari bentuk bangunan, adat istiadat, ukiran2, tari2, dlll walupun tidak sama 100%. Mungkin dulu ada koneksi? Saya tidak tau hehe
mungkinBatak dan Toraja sama-sama peninggalan Proto Melayu yang paling dekat leluhurnya.
iya. arsitektur dan warnya mirip. mungkin kaitannya disitu
btw, selembayung (hiasan atap) jambi mirip riau hahaha
iya bedanya di jambi selembayung nya lebih kaku ( jarang berukir hanya berbentuk X saja) , wrna lebih gelap dengan dominasi warna HITAM dan emas, sedangkan riau biasanya Kuning dan merah mencolok….
Aslinya mana bang? Pekanbaru kah?
Pekanbaru & Jambi 😉