Saya dan Herry sedang berada di Lembah Kerinci. Hembusan angin dingin berhembus pelan membelai wajah dan tubuh saya yang tidak terlindungi oleh jaket. Sengaja saya biarkan Sensasi dingin yang menyegarkan ini menyusup masuk sampai kedalam tulang. Sensasi yang sangat saya rindukan setelah berbulan bulan berjuang melawan panas dan penatnya Kota Jambi.
Lembah Kerinci memang spesial. Walaupun secara administratif masuk dalam propinsi Jambi, namun Kerinci memiliki nuansa yang berbeda dengan jambi pada umumnya. Topografi Lembah Kerinci berbentuk seperti mangkok raksasa yang berada di tengah tengah bukit barisan, tepatnya membentang di antara Gunung Tujuh di utara dan Gunung Raya di selatan. Bukit dan pegunungan yang mengelilingi Lembah Kerinci adalah bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan hutannya yang lebat dan sangat kaya dengan aneka Flora dan Fauna. Sementara Lembah Kerinci relatif datar dan memiliki tanah yang subur sehingga cocok di jadikan sebagai lahan pertanian, perkebunan dan pemukiman. Tidak heran Lembah Kerinci memiliki Iklim yang sejuk dan menyegarkan karena topografi lembah ini yang berada di dataran tinggi yang dikepung oleh pegunungan, perbukitan, dan hutan hujan yang lebat.
Ini kali kedua kami berada di Lembah Kerinci. Perjalan melelahkan selama 10 jam dari Kota Jambi menuju Kota Sungai Penuh – Yang berada di lembah Kerinci – rasanya terbayar setelah merasakan sejuknya udara Kerinci. Pagi itu, Ditemani secangkir teh hangat dan semangkok mie rebus, kami terdiam menyaksikan kabut bergerak perlahan diantara kaki dan punggung bukit barisan. Pemandangan yang dramatis dan penuh mistis.
“Mau kemana kita?” Herry memecah kesunyian..
Terus terang Kami tidak punya tujuan dan tempat khusus yang ingin kami
Hal utama yang menarik minat wisatawan luar ke Kerinci adalah Gunung Kerinci dan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Menaklukkan Gunung api aktif tertinggi di Indonesia ini – 3805 dpl – adalah kebanggaan tersendiri bagi orang orang yang cinta dengan tantangan. Selain mendaki Gunung Kerinci, ada pula kegiatan Trekking menuju Danau Gunung Tujuh – Danau tertinggi di Asia Tenggara – atau melihat beningnya Danau Kaco. Tapi Kami…. Mendaki? Trekking? Oh no no no… Kami terlalu malas untuk itu, kami lebih memilih untuk duduk santai di tengah pematang sawah.
Kali ini tidak berbeda, kami putuskan untuk duduk santai di sebuah batu besar di tepi Danau Kerinci. Cukup ditemani sebungkus makanan ringan dan obrolan santai pun berlanjut. Danau terbesar di Kerinci ini memiliki atmosfer yang magis terutama di pagi hari. Permukaannya yang tenang memantulkan iring iringan awan dan kabut tipis yang merayap pelan di atas danau. Sunyi sepi dan dingin. sesekali hanya terdengar cipratan air dan canda tawa kami. Bagi saya suasana danau ini menyimpan misteri tersendiri.
Satu lagi tempat nyantai asik yaitu Bukit Khayangan, sebuah bukit di tepi barat Kota Sungai penuh. Bukit ini berada di ketinggian sekitar 1500m dpl. Di atas bukit ini kami bersantai di pondok kecil yang sudah disediakan sambil menyaksikan Panorama Lembah Kerinci yang membentang 180 derajat. Dari atas sini kami dapat melihat langsung 2 permata Lembah Kerinci yaitu Gunung dan Danau Kerinci. Di sudut kanan tampak luasnya Danau Kerinci, di sudut kiri menyembul Gunung Kerinci, di tengah tengahnya petak petak sawah yang sangat luas dengan tumpukan pemukiman di sela selanya.
Pemandangan seperti ini pernah kami lihat dalam perjalanan kami dari Tapan – Sumbar – menuju Kota Sungai Penuh setahun lewat, tepatnya setelah kami keluar dari TNKS. Sayangnya waktu itu matahari sudah mulai menghilang di antara bukit bukit sehingga yang nampak hanya lampu lampu pemukiman. Saya pernah menulis kisah perjalanan kami menembus TNKS Tapan- S.Penuh disini.
Sore itu kami kembali lagi menuju pintu masuk TNKS dengan harapan bisa mendapat view yang lebih bagus daripada Bukit Khayangan. Tapi Tidak, Pemandangan dari atas sini tidak seluas di bukit Khayangan sebab tertutup oleh pepohonan lebat. Kecewa, kami putuskan untuk kembali menuruni bukit. Dipintu masuk TNKS ini ada jalan kecil disisi jalan utama. Jalan kecil ini mengarah ke bawah.
“Kita Coba saja, siapa tau jalan ini shortcut untuk sampai ke Sungai Penuh”
Kami mencoba jalan ini dengan harapan bisa sampai cepat namun ternyata malah lebih lama. Awalnya jalan ini berupa aspal mulus namun berangsur angsur berubah menjadi jalan kerikil dan bongkahan tanah yang tidak mungkin dilewati oleh kendaraan roda empat. Mau tidak mau kami harus kembali menuju jalan utama.
Disini kemalangan terjadi, Tiba tiba kendaraan yang kami pakai mengeluarkan bau yang tidak sedap dan kehilangan tenaga untuk mencengkam jalan tanah yang mendaki. Berkali kali kami coba namun tidak berhasil. Raut raut wajah khawatir mulai tampak di wajah saya dan Herry.
Kami terdiam.
Saya melihat handphone saya, tidak ada sinyal. Kami keluar dari mobil dan melihat sekeliling. Indah sekali. Hamparan Lembah Kerinci terlihat sangat jelas disini. Petak petak sawah, rumah rumah, Perbukitan, menyatu sempurna menjadi lukisan alam yang indah. Ah, sayangnya kami tidak bisa sepenuhnya menikmati pemandangan tersebut sebab kami khawatir terjebak disini sampai malam hari. Angin dingin kembali berhembus menembus kult saya. Tidak lama, awan tebal hitam yang mulai menggulung menambah kekhawatiran kami. Bila hujan, jalan tanah yang kami lewati akan semakin sulit di daki.
Tuhan ternyata masih berpihak pada kami. Mobil kami mulai bertenaga kembali dan berhasil melewati tanjakan tersebut. Lega. Perasaan yang sama yang kami rasakan setahun lalu setelah kami berhasil melewati Taman Nasional Kerinci Seblat yang diselimuti kabut tebal dan gerimis. Senyum lebar mulai menghiasi wajah kami. Dua kali ke Kerinci, dua kali pula adrenalin kami terpompa kuat.
Kami menutup hari dengan bersantai di jembatan kebanggan Sungai Penuh sambil memakan sebungkus kacang rebus hangat. Saya meregangkan badan saya yang terasa pegal dan menghirup udara segar sebanyak banyaknya. Saya tidak menyangka, bersantai bisa melelahkan juga ya..
Kerinci selalu bikin kangen
iyo dak salah lagi tuh,
Aku blm perna kesini, jadi mauuuuuu
ayo mas cumi ke kerinci =)
Sangat menarik…..belum ke kerenci mungkin satu hari. : ) fotofoto yg indah sekali!
Kerinci looks a lot like Bukittinggi, Trees 😀
Sering lihat foto keren Jambi di blog ini makin yakin kalo nggak salah lagi propinsi ini indah nian, cuma sayang masih dianaktirikan menperkraf yah >.<
jambi terutama Kerinci emang perlu di promosikan lebih!
itu jalan ke pemancar om, bukan shortcut 🙂
oh gitu ya, kami nggak tauuuu… kapok lewat jalan itu lagi wkwkwkw
hehehehe