Tidak terasa sudah setahun saya berada dan tinggal di kota tasikmalaya. Banyak sekali kenangan dan hal menarik yang tidak mungkin dilupakan di kota santri ini.
Menuju Tasikmalaya
Kota tasikmalaya merupakan ibu kota dari kabupaten Tasikmalaya propinsi jawa barat. Untuk mencapai Kota tasikmalaya tidaklah susah. Dari terminal kampung rambutan, Jakarta, bisa ditempuh dengan bis selama 5 jam. Dari bandung kira-kira menghabiskan waktu 2 jam. Pada waktu pertama kali datang, saya menggunakan bus dari terminal cicaheum, Bandung. Selama di bus agak lucu juga mendengar orang-orang berbahasa sunda, maklumlah saya baru pertama kali datang ketanah sunda. Yang masih teringat adalah teriakan penjaja makanan di bus “Tarahu tarahu tarahu…” kemudian selama diperjalanan diiringi lagu-lagu sunda yang khas. Perjalanan bandung-tasikmalaya penuh dengan kelokan dan tikungan tajam. Agak ngeri juga saat itu. Bagi yang tidak biasa melalui jalan berkelok-kelok seperti itu pasti akan merasa mual. Sampailah saya di kabupaten Tasikmalaya. Saya turun di pertigaan Parhon, Indihiang. Dari sana saya naik angkot 05 untuk menuju kota tasikmalaya.

terminal indihiang
Abdi henteu tiasa nyarios sunda
Itu adalah kata-kata yang pertama kali diajarkan teman saya saat berada di tasikmalaya. Artinya kurang lebih “ saya tidak bisa berbahasa sunda”. Kenapa saya belajar kata-kata itu? Karena di Tasikmalaya hampir semua orang selalu menggunakan bahasa sunda, mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua, mulai dari tukang becak sampai pejabat, laki-laki perempuan semuanya selalu menggunakan bahasa sunda. Hal ini berbeda sekali dengan Sumatra, contohnya Lampung, banyak orang lampung yang tidak mau menggunakan bahasa lampung sebagai bahasa sehari-hari, kecuali didaerah sangat terpencil. Mungkin sudah kebiasaan disini sehari-hari berbahasa sunda. Memang pada awalnya sulit sekali memahami bahasa sunda, apalagi di Tasikmalaya menggunakan bahasa sunda halus, jadi saya harus berhati-hati memilih kata-kata supaya lawan bicara saya tidak tersinggung. Ceritanya, hari pertama saya di Tasikmalaya, saya mau membeli makanan di pinggir jalan. “ saya mau beli bubur a’, dibungkus ya” , dia jawab “se’ep”. Saya bingung, maksudnya apa? “iya dibungkus aja, jangan pakai kacang ya” kataku, dia jawab lagi “se’ep”. “iya satu bungkus aja” ak jawab lagi. “buburnya se’ep” kata dia lagi sambil menunjuk tempat buburnya yang kosong. Rupanya se’ep itu artinya habis…

salah satu sudut di tasikmalaya.. masih banyak sawah2 euy….
Dadaha
Dadaha adalah suatu tempat yang cukup menarik dikunjungi di kota tasikmalaya. Dadaha merupakan suatu kompleks olahraga dan seni. Didadaha ada stadion bola, lapangan besar yang biasanya kalau hari-hari libur sering diisi event-event menarik. Selain itu disekeliling banyak arena olahraga, ada gedung olahraga susi susanti untuk bermain badminton. Kemudian ada tempat untuk olahraga futsal, karate, gedung kesenian, dll. Agak kepinggir ada hamparan sawah dikelilingi oleh pohon palm. Disekitarnya terdapat kolam renang. Setiap sore saya sering bersepeda kesana, sekedar untuk jalan-jalan dan refreshing setelah penat dirumah sakit. Dadaha rame sekali dikunjungi oleh berbagai kalangan, terutama pada malam minggu dan hari minggu. Biasanya selalu ada event mingguan disana. Ada pameranlah, dangdutan lah, ada yang ngeband lah, lomba-lomba dsb.

pasar dadaha…
Setiap hari minggu dadaha rame sekali, karena banyak yang olahraga dan lebih banyak lagi yang berbelanja, ya… tiap minggu disepanjang jalan diluar stadion berubah menjadi pasar dadakan. Barang yang ditawarkan beraneka ragam, mulai dari alat-alat rumah tangga sampai binatang peliharaan yang unik-unik pun ada. Harga yang ditawarkanpun lebih murah dibanding tempat lain. Karena itu banyak sekali yang datang kesana, jalan penuh dan berdesak-desakan. Yang disayangkan adanya pasar kaget itu justru mengganggu orang-orang yang mau berolahraga, sebab sebenarnya dadaha ditujukan untuk olahraga dan bukan untuk dijadikan pasar. Yang lebih mengkhawatirkan adalah setiap malam minggu banyak sekali pasangan muda-mudi yang mojok disana. Pernah suatu malam, saya iseng-iseng bersepeda mengelilingi dadaha, disepanjang pojok sudut dadaha ada saja pasangan muda mudi yang sedang asik berduaan, saya bahkan pernah dilempari batu oleh mereka. Dadaha itu plesetannya dada dan paha karena disana (maaf) memang banyak dada dan paha berkeliaran. Belum lagi, disana sering terjadi keributan antar pemuda, pernah pada suatu malam saya kedadaha untuk menonton konser garasi, namun dipertengahan pertunjukan tiba-tiba terjadi kerusuhan yang menyebabkan beberapa orang luka-luka. Semoga saja masalah ini bisa dipecahkan oleh pemerintah setempat, sehingga image kota tasikmalaya sebagai kota santri emang benar adanya.

nyantai di dadaha
Gang-gang kecil- Simpang dimana-mana
Entah apa sebabnya, di kota tasikmalaya banyak sekali gang-gang kecil. Gang-gang paling lebar hanya bisa dilalui oleh satu becak aja. Sehingga kalau ada kendaraan lain dari arah berlawanan, maka harus repot-repot mencari tempat yang agak luang agar kendaraan yang lain bisa lewat dahulu. Pada saat awal-awal saya baru sampai ditasikmalaya, berkali-kali saya kesasar, karena jalannya selain sempit sempit dan kecil-kecil, jalannya berbentuk seperti maze atau labirin, bahkan dipinggir-pinggir rumahpun bisa dilalui . Kalau tidak benar-benar hafal , dijamin pasti akan sukses tersesatnya. Selain itu untuk jalan besarpun cukup membingungkan karena banyak sekali persimpangan. Bisa dikatakan jalan-jalan di tasikmalaya begitu semrawutan. Selain itu bagi yang tidak punya kendaraan dan memilih untuk naik angkot, pasti awalnya akan kebingungan karena trayek angkotnya mutar-mutar dan tidak efisien. Misalnya untuk ketempat A, kita harus muter-muter dulu ke B,C,D. selain itu banyak jalan one way. Karena tidak heran di tasikmalaya banyak yang pakai sepeda, karena dengan sepeda bisa kemana aja dengan cepat, tidak harus mutar-mutar dahulu.

Gang
Penduduk yang ramah
Tidak disangsikan, penduduk kota tasikmalayalah yang membuat saya betah tinggal disana. Mereka begitu ramah dan penuh sopan santun. Saya ingat sekali pada saat awal saya tiba ditasikmalaya, saat itu saya kebingungan mencari kos-kosan. Tanpa pamrih orang-orang disana membantu saya mencari kos-kosan, bahkan mereka beramai-ramai mengantarkan saya kekos yang dimaksud. Padahal saya sudah berpikiran yang tidak-tidak kepada mereka hehehe..
Tentang makanan
Banyak sekali makanan unik dan menarik di tasikmalaya. Untuk makanan pokoknya, tentunya tetap nasi, cuma banyak yang dimodofikasi, seperti nasi liwet, nasi bakar, nasi timbel,dll. Yang paling enak menurut saya adalah nasi bakarnya.. Kalau untuk lauk makanan sehari-hari, disini banyak sekali menjual pepes, semuanya serba di pepes. Ada pepes ikan, pepes jamur, pepes ayam, pepes tahu, dll. Banyak juga yang menjual ayam bakar. Selain itu jengki-pete hamper selalu ada ditiap tempat. Untuk sayurnya, banyak sekali pilihannya.. dimana-mana sayur.. apalagi lalapannya, berbagai macam rumput-rumput, akar-akar,buah-buah dan daun-daunan tersedia di meja denga lengkap. untuk sambalnya, biasanya saya diberi sambal terasi, yang enak adalah sambal goang, yaitu cabe rawit yang diberi garam sedikit. Untuk jajajanannya dipinggir jalan banyak sekali yang jual bubur, kemudian makanan keluarga ci- yaitu cilok, cireng, cimol, hehehe… jangan lupa mencoba peuyeum, colenak, dan ladu… hmmm…

nasi timbel
mas ane jg lagi nyari kos2an di tasik, terutama kost campur, soalnya ane pernah ngekost jg ehh, ternyata satu kos ama atasan jd mumpung dia belum tau cabut dulu, mohon infonya trims
gimana tasikmalaya,,keren khan,,,,kota anu resik,tur pinuh ku karamah tamahan,,,,semoga betah selalu di kota tercintaku….cobain deh ke pedesaannya////seperti salopa,cikatomas dll….
ane ga tau bos, dulu ane tinggal di sekitaran rsud tasikmalaya.. itupun bukan kosan, tapi rumah yg kamarnya disewakan…murah, 1 tahun cuma 1 juta.
Kota Tasikmalaya bukan ibukota kabupaten. Ibu kota kabupaten Tasikmalaya berada di kota Singaparna (kira-kira 15 menit dari kota tasimalaya). kota tasikmalaya adalah sebuah kota madya yang dipimpin oleh wali kota. terimakasih
oh gitu nya?? makasih atas koreksinya ya… hehehe